Cerita ini dimulai ketika Saya dimintai tolong istri, untuk kirim paket menggunakan POS Indonesia buat customer-nya di Malaysia. Sampai kantor POS…. bingung! tak ada yang jaga di pintu masuk, petugas pada sibuk sendiri, tak ada petunjuk, tengak-tengok cari nomor antrian pun tidak ada, cari meja CS juga tak nampak orangnya, akhirnya ada orang pakai baju hitam-hitam, saya yakin dia bukan orang yang mau melayat, langsung saya samperin dan tanyain prosedur kirim paket. Walah, ternyata tanpa nomor antrian langsung saja menuju loket yang kosong. (more…)

Cara Awam Mengetahui Kredibilitas Website
Cara Awam Mengetahui Kredibilitas Website

Muhammad Saiful Alam
Menyenangkan memang, mendapatkan sebuah artikel/ulasan/opini/informasi yang sejalan dengan pikiran kita, apalagi artikel tersebut bisa digunakan sebagai senjata bahan debat diskusi. Ya, diskusi di dalam grup-grup instant messaging semisal Whatsapp.
Namun, karena tidak “netral sejak dari pikiran” maka informasi-informasi yang “menyenangkan” tersebut begitu mudah dan cepatnya disebarkan. Bahkan untuk informasi yang berasal dari sumber yang tidak diketahui kredibilitasnya. Termasuk dari website.
Maka perlu adanya filter agar diseminasi informasi sampah dapat diminimalisasi. Sebenarnya, banyak cara yang lebih advanced untuk memeriksa kredibilitas website, tetapi saya menawarkan dua cara mudah yang bisa dilakukan untuk memeriksa website sebelum dibagikan, mudah, karena tidak perlu pengetahuan teknologi yang mendalam untuk melakukannya, yaitu yang pertama look what you see dan look what you don’t see.
Pertama, Look what You See
Terkadang, kita (situ aja kali, hehehe) tidak benar-benar melihat yang sebenarnya sudah terlihat, dalam konteks ini, sebuah informasi di website, yaitu nama domain dan author.
Domain yang saya maksud adalah nama-nama domain yang memang sudah terbukti secara umum kredibilitasnya, misal: republika.co.id, tempo.co, kompas.com, detik.com, dan sebagainya. Jika kita amati, semua portal berita nasiona yang terpercaya menggunakan TLD (Top Level Domain), bukan subdomain dari penyedia instant blog builder seperti blogspot dan wordpress. Namun perlu diperhatikan juga bahwa penggunaan TLD tidak bisa dijadikan sebagai jaminan.
Kemudian Author. Kebanyakan situs/website besar yang kredibel bersifat multi-author/editor. Jadi perlu cari tahu siapa sih penulisnya, bagaimana rekam jejaknya, karena dunia maya memberikan ruang kepada semua orang untuk menulis, bahkan menulis yang bukan bidang dan keahliannya, apalagi menulis isu-isu yang sensitif.
Bahkan di dalam sebuah website/media yang sama pun terkadang ada informasi yang kontradiksi. Itu semua tergantung bagaimana author menulis dari sudut pandang masing-masing.
Kedua, Look what You Don’t See
Selanjutnya adalah melihat yang tidak langsung terlihat, yaitu memeriksa mulai kepemilikan dan kematangan domain, kapan didaftarkan, dimana hostingnya, alamatnya mana, dsb. Bagaimana caranya? Caranya sih mudah, masalahnya hanya mau atau tidak.
Memeriksa whois domain; yang terdiri dari kepemilikan dan usia domain. Untuk domain internasional (.COM, .ORG, .NET, dsb) bisa menggunakan https://whois.icann.org
Sedangkan untuk domain Indonesia (.ID, .CO.ID, .OR.ID, .WEB.ID, dsb) bisa menggunakan https://pandi.id/whois


Konklusi
Sebenarnya kita tidak akan perlu repot memeriksa kredibilitasnya kalau kita tidak membagikannya. Kecuali sedang tidak ada kerjaan.